Pilgub Sulsel memanas. Dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, Sebati.id melaporkan, berlomba-lomba menggaungkan janji pembangunan inklusif dan anti-diskriminasi. Namun, seberapa besar komitmen mereka pada kelompok minoritas gender? Pertanyaan ini menggantung di tengah janji-janji manis yang dilontarkan.
Related Post
Pasangan calon nomor urut satu, Danny Pomanto-Azhar Arsyad, menyatakan telah menyerap aspirasi masyarakat dan berjanji membangun Sulsel secara inklusif. Azhar, dalam debat kedua Pilgub Sulsel di Hotel Claro, Makassar, menegaskan, "Rakyat berhak hidup sejahtera tanpa diskriminasi, tanpa terkecuali. Setiap warga, etnis, budaya, dan tradisinya." Ia menekankan pentingnya keamanan dan kenyamanan bagi seluruh warga Sulsel, terlepas dari latar belakang mereka. "Mereka berhak aman dan nyaman di tanah kelahiran mereka. Tak boleh ada yang terpinggirkan atau terabaikan dalam pembangunan," tegasnya.
Danny Pomanto, menyambung pernyataan Azhar, menyatakan pemerintah harus hadir bagi mereka yang terpinggirkan. "Tak boleh lagi ada yang terabaikan. Pemerintah harus jadi pelindung rakyat, bukan meninggalkan mereka yang berjuang sendirian," ujarnya. Ia bahkan merinci kelompok masyarakat yang menjadi fokus perhatiannya, mulai dari petani, ibu rumah tangga, kelompok rentan, penyandang disabilitas, pelajar, mahasiswa, hingga pekerja informal seperti tukang kayu, kurir, penata rambut, dan penata rias.
Namun, janji-janji tersebut perlu dikaji lebih dalam. Rekam jejak kedua pasangan calon dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak kelompok minoritas menjadi sorotan utama. Apakah janji inklusifitas ini hanya sebatas strategi kampanye, atau benar-benar mencerminkan komitmen mereka untuk mewujudkan Sulsel yang lebih adil dan berkesetaraan? Pertanyaan ini perlu dijawab dengan bukti nyata, bukan hanya kata-kata. Publik menantikan aksi nyata, bukan hanya janji-janji politik.
Tinggalkan komentar