Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, baru-baru ini menjadi saksi bisu perhelatan akbar Bahtsul Masail ke-24. Sebati.id melaporkan, kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 20-21 November 2024, ini dihadiri lebih dari 100 delegasi pondok pesantren se-Jawa dan Madura. Acara ini menjadi sorotan karena membahas isu-isu kontemporer yang relevan dengan kehidupan masyarakat modern, dengan pendekatan khas kitab kuning.
Related Post
Gus H. Iffatul Lathoif, perwakilan pengasuh Pondok Pesantren Al Falah, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara tersebut. Ia berharap bahtsul masail ini dapat memotivasi para santri untuk terus belajar dan menjadi penerus generasi ulama. Para peserta dibagi ke dalam tiga komisi, masing-masing dipimpin oleh Ustaz Sibro Mulisi (Komisi A), Ustaz Ahmad (Komisi B), dan Ustaz Dliya’ur Ridlo Bardil Muwaffaq (Komisi C).
Diskusi yang berlangsung sengit dan penuh pertimbangan ini menghasilkan beberapa kesimpulan menarik. Komisi A, misalnya, membahas polemik tindakan KH. Nasaruddin Umar yang mencium kening dan memeluk Paus Fransiskus. Setelah melalui kajian mendalam berbasis kitab Buroiqoh, komisi menyimpulkan tindakan tersebut diperbolehkan demi menjaga hubungan diplomasi dan citra Islam yang ramah.
Sementara itu, Komisi lain juga membahas fenomena game horror yang menggunakan ayat Al-Quran sebagai mekanisme permainan. Kesimpulannya, game tersebut diperbolehkan jika bertujuan meningkatkan kecintaan terhadap Al-Quran, namun tetap memerlukan pengawasan ketat agar tidak disalahgunakan. Bahtsul Masail di Ploso ini menjadi bukti nyata bagaimana para ulama berupaya memberikan solusi atas permasalahan umat dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam. Pertemuan ini juga menunjukkan semangat kolaborasi antar pondok pesantren dalam menghadapi tantangan zaman.
Tinggalkan komentar